Hari itu adalah hari bahagia sekaligus hari tersial di dalam hidupku. Aku telat masuk MOS SMA di hari pertama. Namun kesialanku itu sirna tatkala seorang pangeran naik ke atas podium bagaikan raja yang mempesona diriku di balik gerbang pintu sekolah. Dialah Adit yang ternyata masa depanku.
Aku sering mengamatinya dan berharap semesta mempertemukan kami untuk saling mengenal di suatuasi yang cukup romantis. Hingga semesta mengabulkan doaku, bertemualah aku di ruang pustaka penuh roman. Seorang putri kecil di dorong semesta untuk berkenalan dengan pangeran yang penuh pesona.
Naik sepeda berdua, seolah aku terbang di angkasa tak bertepi. Semua pohon dan dedaunan yang jatuh tersenyum melihatku bahagia. Di jalan inilah dia memberanikan diri untuk menyatakan cintanya padaku. Tuhan, betapa romantisnya Engkau padaku, hingga Engkau menurunkannya untuk mencintaiku.
Bertambahnya umur belum mampu menambah kedewasaanku. Jarak membawaku overthingking berlebih. Hingga akhirnya kita memutuskan mengambil jarak agar tidak saling menyakiti.
Lama tak jumpa dengan ia, aku hanya berdoa dalam kesunyian kepada Tuhanku, pemilik hatiku dan hatinya. Ternyata hati kami bagaikan pohon nan jauh namun akarnya tetap bertautan. Waktu wisuda, tiba-tiba ia datang dan langsung memberiku cincin untuk melamarku di depan Ibuku. Bahagia karena wisuda dan bahagia karena dilamar menjadi satu bertubi-tubi.
Hingga tanggal 22 Agustus menjadi hari dimana cerita dongeng ini berakhir dengan bersatunya pangeran dan sang putri yang tak lain aku dan mas Adit.
Ingin undangan acaramu seperti ini? Silahkan order di Wiha Invitation atau klik di sini. Bisa untuk semua jenis acara loh!